This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 13 Mei 2012

Definisi GIS yang beragam

Definisi GIS yang beragam

Defenisi GIS selalu berubah karena GIS merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang
relatif masih baru. Beberapa defenisi dari GIS yang berhasil penulis dapatkan adalah:
Burrough (1986) :
Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.
Rind (1988) :
“a computer system for collecting, checking, integrating and analyzing information related to the surface of the earth”
(Sistem komputer yang ditujukan untuk pengumpulan, pemeriksaan, pemaduan dan analisis informasi yang berkaitan dengan permukaan bumi)
Arronoff (1989) :
Sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), memanipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output).
Bernhardsen (1992) :
information on the qualities of and the relationships between objects which are uniquely georeferenced
(Informasi atas nilai kualitas dan hubungan antar obyek yang memiliki georeferensi unik).
Marble & Peuquet (1983), Parker (1988), Ozemoy et al (1981) and Burrough (1986) :
GIS deals with space-time data and often but not necessarily, employs computer
hardware and software.”
(Mengelolah data spasial dengan menggunakan software dan hardware computer)
Purwadhi (1994) :
SIG merupakan suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan data serta mendaya gunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan.
SIG merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis komputer dengan tiga karakteristik dasar, yaitu: (i) mempunyai fenomena aktual (variabel data non-lokasi) yang berhubungan dengan topik permasalahan di lokasi bersangkutan; (ii) merupakan suatu kejadian di suatu lokasi; dan (iii) mempunyai dimensi waktu.
DeMers (1997) :
“a series of subsystems within a larger system”
(serangkaian subsistem dalam sebuah sistem yang lebih besar)
Barus dan Wiradisastra (2000) :
Suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja.
Anon (2001) :
Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference).
Sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.
Sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memangggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.

Gratis tutorial Arcview untuk pengolahan SDA

Gratis tutorial Arcview untuk pengolahan SDA


Sebenarnya tutorial ini dibuat dalam bentuk buku yang ada bonus cd-nya kebetulan kemarin iseng utak-atik google, penulis menemukan buku ini dalam bentuk lunaknya dan harap maklum bonus cd-nya tidak tersedia dalam paket download-an.
Buku ini dibagi menjadi 5 bagian dan masih berbahasa Indonesia, link-nya di bawah :
  1. Bagian 1
  2. Bagian 2
  3. Bagian 3
  4. Bagian 4
  5. Bagian 5

Download Peta Moratorium – SK. 323/Menhut-II/2011

Download Peta Moratorium – SK. 323/Menhut-II/2011

Instruksi Presiden RI Nomor 10 tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut sudah ditandatangani oleh Presiden tanggal 20 Mei 2011 yang dilengkapi dengan Peta Indikatif. Tentu peta indikatif tersebut tidak bisa digunakan sebagai dasar telaahan pada skala yang lebih detail seperti 1:250.000.
Kementrian Kehutanan telah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK 323/Menhut-II/2011 tentang Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain dengan skala 1:250.000
Peta dalam format JPG dengan skala 1:250.000 sejumlah 291 lembar.
Berikut link donwload-nya :
Source : gistutorial.net

Pengukuran kelerengan dengan klinometer

Pengukuran kelerengan dengan klinometer

Kemiringan adalah sudut vertikal yang menggambarkan besarnya lereng. Sebagaimana sudah dijelaskan di muka, besarnya kemiringan ini penting untuk diukur sehubungan dengan penentuan jarak datar. Alat yang umumnya digunakan di bidang kehutanan untuk mengukur kelerengan adalah Clinometer. Kata “clin” pada clinometer berasal dari kata “incline” (lereng, tanjakan).
Dalam alat ini ada roda yang berputar bebas dan mempunyai dua skala yang berbeda. Skala pada sebelah kanan menunjukkan satuan pengukuran sudut vertikal dalam %, sedang sebelah kiri mencantumkan satuan sudut dalam derajat. Sudut di atas bidang horizontal diberi tanda + , sedang sudut dibawah bidang tersebut diberi tanda – . Pemberian tanda ini merupakan hal penting yang seringkali dilupakan oleh para pengukur pemula.
Satuan sudut vertikal dalam % menggambarkan perbandingan antara jarak vertikal (beda tinggi) dengan jarak datar dalam persen. Contohnya kemiringan 24% berarti perbandingan antara jarak vertikal dengan jarak datar adalah 0.24 . Kalau jarak datar diketahui 100 m, maka beda tingginya 24 m. Sebagaimana derajat, semakin besar persen  kemiringan suatu lereng maka semakin curam lerengnya.
Cara menggunakan clinometer adalah dengan dua mata terbuka. Satu mata melihat ke lensa, sedang mata yang lain melihat ke obyek yang dibidik. Otak kita akan menggabungkan skala pada lensa dengan obyek yang dibidik. Sebagai mana pengukuran jarak, kemiringan harus diukur pada tinggi yang sama.

Mengukur jarak lapang, datar dan vertikal

Mengukur jarak lapang, datar dan vertikal

Salah satu variabel yang diukur dalam pengukuran lapangan adalah jarak antar 2 titik. Di lapangan, jarak dapat diukur dengan berbagai alat. Semua jarak yang diukur di lapang disebut dengan jarak lapang. Jarak lapang dapat disebut sebagai jarak antar 2 titik yang mengikuti bentuk permukaan bumi. Jarak ini harus diukur pada tinggi yang sama, misalnya setinggi pinggang.

Dalam pengolahan data, jarak lapang harus diubah menjadi jarak datar dan jarak vertikal. Jarak datar antara dua titik dapat didefinisikan sebagai jarak antar proyeksi kedua titik tersebut di bidang datar, dengan demikian semakin curam posisi lapang semakin pendek jarak datarnya. Jarak datar ini yang digunakan dalam penggambaran di peta. Jarak vertikal antar dua titik adalah jarak dari sebuah titik ke bidang datar yang melewati titik lainnya. Jarak vertikal ini umumnya disebut dengan beda tinggi antar dua titik. Perhatikan gambar sederhana di atas, untuk memahami jarak lapang (JL), jarak datar (JD) dan jarak vertikal (JV).
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak yang umum digunakan adalah pita ukur. Pita ukur untuk keperluan pengukuran yang cermat terbuat dari logam. Tetapi karena alat ini berat, orang lebih menyukai pita ukur yang terbuat dari plastik karena lebih ringan dan mudah dibawa-bawa. Pengukuran batas di hutan-hutan tropika merupakan kerja yang berat, karena itu alat yang digunakan sebaiknya alat yang ringan walaupun ketelitiannya kurang. Perlu diketahui bahwa semua kesalahan akibat pengukuran panjang dan sudut akan dapat dikoreksi, kalau ada titik-titik kontrol yang sudah diketahui kordinatnya.
Seringkali pita ukur mempunyai dua skala, yaitu skala dalam meter dan skala dalam feet. Sebelum pengukuran dimulai harus jelas dahulu mana satuan yang akan digunakan, agar jangan sampai terjadi salah baca satuan. Hal lainnya yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pita ukur adalah pita harus kencang dan pembacaan di mulai dari titik nol.
Untuk mengukur panjang garis di peta kita dapat menggunakan mistar biasa, kalau garisnya lurus. Kalau garisnya berlekuk-lekuk, ada alat berprinsip odometer yang dapat digunakan. Alat ini mempunyai roda kecil di ujungnya untuk menyusuri garis yang diukur. Pada alat tersebut ada mekanis yang menghubungkan putaran roda dengan jarum skala. Jika roda berputar 1 kali berarti ia sudah menempuh jarak sebesar  π×diameter roda. Dari banyaknya putaran roda bisa dihitung besarnya jarak garis yang ditempuh.
Kalau jarak lapang diperoleh dari pengukuran, maka jarak datar diperoleh sebagai hasil hitungan. Pengukuran di bidang yang rata, seperti lapangan sepakbola atau rawa-rawa, akan menghasilkan jarak datar yang sama dengan jarak lapang. Tetapi bentuk lapang pada umumnya bergelombang, karena itu jarak datar diperoleh melalui perhitungan. Demikian pula halnya dengan jarak vertikal atau beda tinggi. Ke dua jarak tersebut dapat dihitung kalau jarak lapang dan kemiringan lapangnya diketahui.  Kalau kemiringan dari bidang datar diketahui  sebesar  α0 maka  :
Jarak datar                           = Jarak lapang × Cos α0
Jarak vertikal (Beda Tinggi) = Jarak lapang × Sin α0
Misalnya diketahui dari hasil pengukuran bahwa jarak lapang antar titik A dan B adalah 50 meter, sedang kemiringan  AB  sebesar 190 , maka
Jarak datar                           = 50 m × Cos 190 =  47.3 m
Jarak vertikal (Beda Tinggi) = 50 m × Sin 190 =  16.3 m


by : http://kilometer46.wordpress.com

Selasa, 01 Mei 2012





Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More